
Kura-kura moncong babi atau Carettochelys insculpta merupakan jenis labi-labi sungai yang dapat ditemukan di perairan Papua Indonesia, Papua Nugini dan Australia. Berikut ulasan Kura-Kura Moncong Babi, Mutiara Hitam Asal Papua.
Dalam bahasa inggris namanya Pig-nosed turtle atau fly river turtle. Hidungnya seperti moncong babi sehingga hewan ini kemudian banyak orang menyebutnya dengan nama kura-kura moncong babi.
Makanan
Kura-kura ini omnivora, memakan tanaman, buah, invertebrata dan ikan. Satwa akuatik ini dapat hidup di air tawar dan payau, biasa mencari makan di dasar kolam, pinggiran sungai, danau, dan muara.
Ciri
Tidak seperti kura-kura air tawar lainnya, kura-kura berhidung babi ini memiliki sirip pada bagian kaki, lebih menyerupai kura-kura laut atau penyu namun hewan ini spesies air tawar. Mereka memiliki daya jelajah yang luas dan menggunakan siripnya untuk berenang seperti dayung.
Kura-kura ini memiliki permukaan cangkang yang kasar dan tidak memiliki sisik bertulang seperti jenis kura-kura lain. Plastron berwarna krem, sedangkan karapas dapat bervariasi antara berbagai warna coklat hingga abu-abu gelap.
Ukuran
Ukuran kura-kura dewasa tergantung pada habitatnya, jika ia hidup dekat pantai akan jauh lebih besar daripada kura-kura yang di dekat sungai.
Kura-kura moncong babi betina cenderung memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan kura-kura jantan. Perbedaannya jantan cenderung memiliki ekor yang lebih panjang dan lebih tebal. Kura-kura dewasa bisa mencapai panjang hingga setengah meter, dengan berat rata-rata 22,5 kg dan panjang cangkang rata-rata 46 cm.
Makanan
Meskipun labi labi hidung babi adalah omnivora yang berarti memakan tumbuhan dan hewan, mereka lebih menyukai tanaman dan buah daripada binatang di alam liar. Makanan meraka berpusat di sekitar buah dan daun ara liar.
Populasi hidup subur dengan memakan buah ara, apel, buah kiwi dan pisang, serta sesekali potongan ikan dan udang. Beberapa orang juga menemukan kura-kura ini sangat menyukai cacing dan anak tikus.
Perilaku
Pada labi – labi hidung babi dewasa membutuhkan kolam besar atau aliran sungai yang besar sebagai tempat hidupnya. Jika di kolam – kolam kecil baiknya yang memiliki tanaman air dan tempat persembunyian bawah air sebagai tempat perlindungan. Kualitas air sangat penting untuk berhasil menjaga spesies ini.
Suhu air antara 79° F atau 26,1° C dan 86° F atau 30° C. Jika kualitas air yang buruk biasanya akan menyebabkan gangguan kulit jamur atau bakteri pada karapas. Tidak perlu menyediakan tempat berjemur bagi labi – labi hidung babi.
Baca juga : Supplier Sandwich Panel
Reproduksi
Kura-kura ini berkembang biak selama musim kemarau pada saat musim bertelur antara bulan Agustus-Oktober setiap tahunnya. Saat selesai melewati masa kawin dan memasuki masa bertelur, umumnya kura-kura betina akan keluar dari air untuk menyimpan telurnya di pangkal air.
Akses ke tanah harus disediakan untuk betina dewasa agar mereka bisa bersarang. Betina biasanya dapat bertelur antara 7 sampai 39 telur.
Jenis kelamin pada anakan kura-kura moncong babi sangat terpengaruhi suhu sekitarnya, tukik jantan diproduksi ketika suhu menurun setengah derajat dan tukik betina diproduksi ketika suhu meningkat setengah derajat.
Jenis kelamin tergantung pada suhu ketika inkubasi, jenis kelamin jantan diproduksi ketika telur berada pada kisaran suhu konstan 82 – 86° F atau 27,7-30° C. Masa inkubasi bervariasi dari 60 hingga 70 hari.
Harga
Hewan ini memiliki harga yang bervariasi tergantung daerah penjualan hewan ini. Di desa-desa pedalaman Papua, tukik hanya seharga Rp. 7000 – Rp. 18.000/ekor, sementara pada pusat perdagangan domestik seperti Jakarta dan Surabaya seharga Rp. 60.000 – Rp. 100.000/ekor. Pada pasar internasional tukik mencapai harga Rp. 500.000 – Rp. 800.000/ekor.
Ribuan telur banyak orang ambil langsung dari alam untuk mereka tetaskan, hampir semua pengambilan telur tersebut mereka lakukan secara ilegal.
Terancam Kepunahan
Hewan endemik Papua ini populasinya sangat terancam karena merupakan hewan peliharaan populer. Dan sering orang selundupkan ke luar negeri seperti cina dan Taiwan sebagai bahan konsumsi dan obat.
Secara internasional, kura-kura jenis ini berstatus endangered atau terancam dalam daftar merah International Union Conservation Nature (IUCN), status ini hanya dua tingkat lagi menuju kepunahan.
Kura-kura ini juga masuk dalam kategori Appendix II oleh Convention International Trade in Endangered Species of Wild Flora and Fauna (CITES). Yang berarti daftar spesies yang dapat terancam punah bila perdagangan terus berlanjut tanpa adanya pengaturan.
Di Indonesia, Kura-kura moncong babi masuk ke dalam daftar satwa yang pemerintah lindungi menurut Peraturan Menteri LHK. Namun, kurangnya pengawasan pihak berwenang terkait pengambilan telur dan penyelundupan tukik kura-kura moncong babi menjadikan salah satu penyebab kepunahan satwa air ini.
Perlindungan habitat dan pengawasan ketat pada perdagangan satwa ini dapat membantu melestarikan kura-kura jenis ini.
Baca juga : Bajing Tiga Warna Yang Unik